selamat datang kembali di blog saya :)
Menyambut kehadiran sasis MB yang pakai air suspension (AS) sejak lahir, coba kita lihat sejenak esensi sistem suspensi ini. Harapan banyak penumpang akan kenyamanan bus dengan AS ternyata banyak yang sirna, karena setelah merasakan AS, kenyamanannya justru di bawah pegas daun OH klasik. Belum lagi gebyah uyah bahwa semua AS sistemnya sama.Kita mulai dari contoh bus ber AS bawaan bodi yang populasinya pernah paling banyak di Indonesia yaitu bus kota Ikarus 247. Bagi yang pernah menikmati bus kota ini era 90an- awal 2000an tentu merasakan kenikmatan yang jauh dari bus kota bikinan dalam negeri. Tapi seandainya para penikmat tadi disurvei dari 10 orang belum tentu ada 2 orang yang tahu bahwa bus tersebut pakai AS. Tapi kalau yang ditanya supirnya hampir pasti tahu bahwa busnya pakai AS dan stabilitasnya di atas O306.
Sekarang coba kita cari alasan kenapa kok bus kota macam Ikarus 247 pakai AS? Apakah demi kenyamanan semata, ternyata bukan. Kalau Cuma ngejar nyamannya bus kota dengan pegas daun sudah cukup. Yang dikejar dengan AS adalah agar level ketinggian lantai bus dapat terjaga agar tidak turun saat penumpang penuh karena dilengkapi dengan leveling valve. Levelling valve juga berfungsi mendeteksi kemiringan bis jika bis berbelok. Tekanan udara akan dipompakan lebih besar ke sisi yg lebih rendah. Misalnya bis belok kekanan, otomatis body akan miring ke kiri. Maka tekanan udara akan diberikan lebih besar ke suspensi sebelah kiri agar ketinggian bis menjadi seimbang.
Sekarang kalau yang dibandingkan dengan AS minimalis yang tekanan angin balonnya tidak terhubung dengan tangki kompresor, tanpa leveling valve. Ya tentu saja AS macam ini kalah dengan suspensi pegas daun orisinal. Jadi membandingkan AS bikinan karoseri dengan AS original sasis sebetulnya tidak pas, karena jenis dan kelasnya memang beda. Kalau karoseri bikin AS dengan kelengkapan seperti original sasis pasti kinerjanya gak beda jauh, cuma pertanyaannya apa pemilik bus mau bayar harganya?
Bagi yang ingin menikmati AS di Jakarta silakan naik bus gandeng Komodo, yang pakai AS bawaan bodi. Bandingkan bantingannya dengan busway Hino, Daewoo atau yang lain, rasa-rasanya Komodo masih lebih empuk. Apa lagi kalau Komodo dibandingkan bus gandeng Jing Hua punya PPD di masa orde baru dulu, jelas Komodo sangat nyaman dan Jing Hua goncangannya bagaikan naik di bak truk.
Bagaimana dengan pendapat anda??
Terlampir AS original Hino RG tahun 2003. Mungkin inilah sasis dengan AS asli dari ATPM pertama kali di Indonesia.
Sukarnoto
disadur dari milist bmc
0 komentar:
Posting Komentar